Belajar Mitigasi Bencana Lewat Kesenian: Dari Tradisi hingga Musik Kontemporer

Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana (PRB) sering kali diasosiasikan dengan bacaan tebal, jurnal ilmiah, atau materi teknis yang sulit dipahami masyarakat awam. Padahal, pengetahuan tentang mitigasi dapat disampaikan dengan cara yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari, salah satunya melalui kesenian.

Kesenian, baik tradisional maupun modern, telah lama menjadi medium komunikasi yang efektif. Ia tidak hanya menghibur, tetapi juga menyelipkan pesan-pesan penting yang dapat diterima dengan mudah oleh berbagai kalangan. Berikut beberapa bentuk kesenian di Indonesia yang terbukti mampu menjadi sarana edukasi mitigasi bencana.

Kesenian Janger: Pesan dalam Pertunjukan

Berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur, Janger adalah kesenian yang memadukan seni tari, drama, musik, lawak, hingga dekorasi. Karakter pertunjukan yang menghibur membuat pesan-pesan di dalamnya mudah diterima masyarakat. Dialog dan alur cerita dalam Janger kerap digunakan sebagai media penyebaran informasi, termasuk pesan sosial maupun kebencanaan. Fleksibilitas ini memungkinkan pesan disesuaikan dengan konteks budaya setempat.

Lagu “Supermarket Bencana” oleh Navicula

Dari ranah musik modern, band grunge asal Bali, Navicula, konsisten mengangkat isu lingkungan dan sosial. Salah satu karyanya berjudul Supermarket Bencana menjadi contoh bagaimana musik dapat menyampaikan kritik sekaligus edukasi terkait ancaman kerusakan alam dan bencana. Dengan lirik yang kuat dan gaya musik yang khas, Navicula berhasil membawa isu kebencanaan ke audiens yang lebih luas, bahkan hingga kancah internasional.

Nandong Smong: Warisan Simeulue

Di Simeulue, Aceh, masyarakat memiliki tradisi Nandong Smong. Melalui syair-syair tradisional ini, orang tua menanamkan pengetahuan kepada anak-anak tentang tanda-tanda bencana tsunami. Kata Smong sendiri berarti tsunami. Tradisi ini terbukti menyelamatkan banyak nyawa ketika tsunami 2004 terjadi, karena masyarakat setempat sudah diajarkan sejak kecil untuk segera menjauhi pantai ketika air laut surut drastis.

Permainan Tradisional sebagai Edukasi

Mitigasi bencana juga dapat diperkenalkan melalui permainan tradisional. Misalnya, permainan Ulin Bebtengan, Ulin Papancuhan, Ulin Pakakas, hingga Ngangon Munding. Dengan menyisipkan pesan tentang kesiapsiagaan dalam aturan permainan, anak-anak dapat belajar nilai penting mitigasi bencana sambil tetap bermain.

Tari Maena dari Nias

Tari Maena, tarian khas masyarakat Nias, dikenal luas oleh semua kelompok usia. Tarian ini memadukan gerak dan syair yang harmonis, sehingga kerap digunakan sebagai media sosialisasi. Tak jarang, pesan yang disampaikan melalui syair tari Maena berkaitan dengan kesiapan menghadapi bencana, menjadikannya sarana komunikasi budaya yang efektif.

Kesenian sebagai Jembatan Pengetahuan

Dari Janger di Jawa Timur hingga Smong di Aceh, dari tarian Nias hingga musik kontemporer Bali, kesenian terbukti menjadi media pembelajaran mitigasi yang relevan dan kontekstual. Kearifan lokal ini bukan hanya menjaga keberlangsungan tradisi, tetapi juga memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana.

Dengan memanfaatkan kesenian, pesan tentang mitigasi tidak lagi terasa kaku dan teknis, melainkan hidup dalam pengalaman kolektif masyarakat. Di sinilah kesenian memainkan peran strategis: menjadi jembatan antara pengetahuan ilmiah dan kearifan budaya.