Perubahan iklim nyata-nyata benar terjadi, bukan hanya soal es di kutub yang jauh di sana meleleh, tetapi juga terjadi di depan mata kita. Paling tidak, bagi masyarakat kawasan pesisir, dampak perubahan iklim memaksa mereka beradaptasi dengan kondisi hidup yang serba berubah.
Sekilas tentang Perubahan Iklim dan Penyebabnya
Perubahan iklim adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perubahan jangka panjang pada rata-rata elemen-elemen cuaca, seperti suhu, curah hujan, serta pola angin di wilayah tertentu. Perubahan ini meliputi pergeseran besar dalam kondisi atmosfer yang dapat terjadi selama puluhan tahun atau lebih.
Perubahan iklim dipicu oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Beberapa di antaranya adalah sampah, transportasi, deforestasi dan penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan. Faktor-faktor ini menjadi pendorong utama perubahan iklim karena mereka berkontribusi besar terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca, yang memperparah kerusakan ekosistem dan mempercepat degradasi lingkungan.
Dampak yang dihasilkan tentu sangat merugikan, menyebabkan gangguan keseimbangan iklim global dan memperburuk kondisi alam secara keseluruhan.
Baca juga:
Pandangan Iklim 2024 dari BMKG: Tahun 2024 Kondisi Iklim Indonesia Netral
Dampak Perubahan Iklim Global
Perubahan iklim di Indonesia menimbulkan dampak serius, seperti ketidakpastian dalam hasil pertanian akibat perubahan pola curah hujan. Selain itu, perubahan ini juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit melalui vektor baru, menurunkan produktivitas sektor pertanian karena naiknya suhu laut, serta menyebabkan kerusakan lingkungan dengan memperparah bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.
Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
Perubahan curah hujan yang tidak normal menyebabkan musim hujan terjadi lebih singkat dan musim kemarau lebih panjang. Seringkali, hujan deras turun pada waktu yang seharusnya kemarau. Meskipun perubahan iklim adalah fenomena alami, aktivitas manusia sejak pertengahan abad ke-20 telah mempercepat pemanasan global. Dampaknya terlihat pada musim yang tidak menentu, suhu yang makin panas, serta hujan yang memicu banjir dan tanah longsor.
Dampak perubahan iklim terhadap kesehatan
Kenaikan suhu global akibat perubahan iklim berdampak pada kesehatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung (Susilawati, 2021). Dampak langsung meliputi perubahan suhu, curah hujan, permukaan air laut, dan cuaca, sementara dampak tidak langsung dipengaruhi oleh kualitas air, udara, degradasi lingkungan, dan ozon.
Beberapa risiko kesehatan yang muncul termasuk penyakit tular vektor seperti DBD, malaria, dan chikungunya, yang sering meningkat seiring curah hujan. Selain itu, kekeringan dan pencairan es di kutub mempengaruhi ketersediaan air bersih, menyebabkan penyakit seperti diare dan kekurangan gizi. Perubahan kualitas udara juga meningkatkan risiko gangguan pernapasan.
Dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian
Sektor pertanian Indonesia sangat penting bagi perekonomian nasional, dengan sebagian besar penduduk bekerja di bidang ini. Menurut BPS, pada Februari 2022, tercatat 9,7 juta orang bekerja sebagai petani.
Namun, sektor ini sangat rentan terhadap perubahan iklim, yang memengaruhi pola tanam, waktu tanam, dan intensitas pertanaman. Perubahan curah hujan dan musim menyebabkan penurunan produksi dan kegagalan panen.
Menurut Suberjo (2009), produksi pertanian bisa turun 5-20% akibat perubahan cuaca. Dampak utama meliputi banjir, kekeringan, serta serangan hama, yang secara signifikan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian.
Dampak Perubahan Iklim di Indonesia
Foto: Pesisir Tambakrejo Semarang
Sejak awal 2000-an, Dusun Rejosari Senik Desa Bedono, Demak di pesisir utara Jawa mengalami rob akibat kenaikan permukaan laut dan abrasi. Kondisi ini memaksa warga mulai pindah pada 2006 demi mencari tempat tinggal yang lebih aman. Total, ada 200 KK yang memilih untuk meninggalkan kampungnya.
Tidak hanya di Jawa, Pulau Pari di Kepulauan Seribu juga terdampak. Edi Mulyono, seorang nelayan setempat, menyaksikan bagaimana kenaikan air laut semakin sering membawa banjir rob yang dulu jarang terjadi. Kondisi ini memaksa masyarakat beradaptasi termasuk dengan fakta bahwa kini nelayan mengalami kesulitan dalam mencari tangkapannya di laut.
Fenomena serupa terlihat di pesisir Tambakrejo, Semarang, di mana abrasi telah menggerus daratan. Jarak pemukiman yang dulunya 1,5 kilometer dari pantai kini terus menyusut, bahkan menenggelamkan makam umum dan infrastruktur warga.
Copyright © Sekolah Relawan 2023