Ini memang harus
dituliskan agar masyarakat lebih paham apa yang jadi tugas utama tim relawan di
lapangan, khususnya di fase awal
emergency, apapun bencananya, termasuk banjir. Tim pertama yang dikirim ke lokasi
bencana, sebut saja banjir, mereka biasanya hanya fokus untuk evakuasi. Sudah
itu saja dulu. Yang penting cepat bergerak.
Maka perlengkapan
yang mereka bawa ke lapangan pun standar emergency
evakuasi, untuk banjir pasti ada perahu plus mesin tempel, dayung pelampung dan
alat pelindung diri (APD). Ditambah sedikit bekal ransum untuk personil, karena
kadang mereka bisa seharian di lokasi banjir tanpa sempat cari makan.
Kalaupun ada tim
yang membawa bantuan makanan siap saji, dipastikan jumlahnya tidak banyak.
Karena memang fokus utama mereka adalah evakuasi. Space perahu disiapkan untuk
membawa korban banjir. Salah satu masalah klasik di lokasi banjir adalah
banyaknya penyintas banjir yang ingin tetap bertahan di rumahnya masing-masing
karena merasa masih aman. Dua tiga jam mereka masih merasa baik-baik aja,
tetapi baru panik ketika banjir tidak juga surut hingga larut malam. Ketika kedinginan
atau kehabisan makanan, mulailah mereka teriak minta tolong. Padahal sejak
langit masih terang sudah diimbau untuk evakuasi.
Tentu saja mereka
punya alasan bertahan di rumah. Tetapi para petugas dan relawan juga punya SOP
tugas di lapangan. Evakuasi ke tempat aman itu untuk hindari kejadian yang
lebih membahayakan jiwa, termasuk ancaman kedinginan dan kelaparan, serta
kemudahan tim relawan atau petugas memberikan bantuan makanan dan medis.
Ada kejadian yang
jadi ujian para relawan khususnya tim evakuasi ketika respon bencana banjir.
Beberapa penyintas yang sudah bertahan di hari ketiga, mulai berteriak dengan
nada memaki ketika mereka minta makanan lalu tim relawan yang memang tidak
membawa terpaksa menjawab "Kami tidak membawa makanan, tugas kami
evakuasi"
Lalu,
"ngapain kesini kalau tidak bawa bantuan, pulang saja sana!" Itu yang
keluar dari para penyintas. Kami pun hanya minta maaf.
Pertama, mereka
memang tidak paham, mereka tahunya relawan itu harusnya bawa bantuan. Kedua,
tanpa mereka tahu, seringnya bekal logistik yang harusnya buat personil tim pun
kita berikan buat penyintas. Masyarakat perlu paham, bahwa tim relawan punya
banyak tugas yang berbeda. Di awal emergency memang tugas utamanya
evakuasi. Nanti ada tim lain, atau tim yang sama untuk tugas berbeda, yaitu
membawa bantuan logistik. Makanan dan minuman siap santap itu misalnya.
Bantuan ini pun
biasanya didistribusikan di pos penyintas. Itulah kenapa warga diimbau untuk
mau dievakuasi ke pos penyintas agar mudah mendapatkan bantuan, baik itu
makanan, medis, dan lainnya.
Kadang, tim yang
memang tugasnya evakuasi disibukkan dengan permintaan warga untuk antar makanan
ke dalam lokasi banjir, serba salah, tidak diantar mereka butuh, tapi kalau
diantar pun sebenarnya SOP-nya para warga memang seharusnya dikumpulkan di pos
penyintas. Kejadian lainnya, saat siang hari penyintas tidak mau dievakuasi,
namun malamnya keluarganya datang minta dievakuasi. Baiklah, tugas tim harus
siap setiap saat, siang dan malam, terang dan gelap.
Nmaun, kenapa diimbau
evakuasi saat langit terang? Karena di lokasi banjir semua listrik dipadamkan,
sehingga lebih mudah tim lakukan evakuasi di siang hari. Malam hari, tentu
lebih berisiko. Semoga menjadi pelajaran bersama, untuk tim relawan dan juga
masyarakat penyintas bencana.
Jalan Mandor Basir 1 no.167, RT.01/RW.08, Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Depok
info@sekolahrelawan.com
+62 21 77805706
Copyright © Sekolah Relawan 2023